Jumat, 25 Oktober 2019

Cerpen Kang Hamid


kang Hamid


Malam itu jarum jam menunjuk arah jam 9 yang berarti aku harus mengakhiri pelajaran. ‘’Nggeh mpon’’  wallahu a’lam alfatihah… assalamu alaikum wr wb. Aku mengakhiri pelajaran. Wa alaikum salam Wr wb. Sholli ‘ala Muhammad…. salah satu santri mengomando dan di ikuti yang lainya sholli ‘alaih… jama’ah ngaji bubar, aku pun kembali ke kamar. 

Kopi kang hamid ! tawar kang topa yang sedang asyik ngopi bersama rekan sekamarku. Iya jawabku sambil meletakkan songkok ke lantai, yang mimpin musyawarah giliran siapa kang? Tanyaku basa basi setelah nyeruput kopi di depanku. Rojak, ruf, ridwan sama bose kang… sahut lek mif sambil merem-merem nikmati rokok. Kang,  sma sulang kirim surat pemberitahuan kang kemaren, isinya ahir- akhir ini sugik sering nggak masuk sekolah, Tiba tiba kang topa lapor, mungkin karna sudah pegel atine. tiap pagi berangkat eg, sanggah kang mun. Pamite  ya  skolah   imbuhnya. madrasahe malah nggak pernah masuk, kata lek mif dengan nada yang agak tinggi. Ikut les kang.. les apa? Sekolah ja nggak pernah masuk kug les,,, gerutu kang topa. Les sepak bola di rumahnya pak yan kang, jawab lek mif.  Kalo di situ namaya PS, bukan les lek… sahut kang mun sambil tertawa. Ha ha ha…seluruh ruangan jadi rame, tapi paling tidak kan ketika kita Tanya itu orangnya sopan, tau unggah ungguh,.. dari pada si amir  tiap kali kita sidang, pasti aja,,, ada alesanya,, seperti kemaren waktu kepergok maen  PS, mir kenapa kamu malah ngajarin adik kelas kamu maen PS,,? Dia malah jawab ‘’nemenin anak baru kang,,, biar krasan tinggal di pondok , nanti kalo udah krasan nggak tak temenin lagi kug kang,’’ itu jawaban apa,,,? nggatelnuw ati,,, kata lek mif dengan muka marah.

Padahal beberapa takziran sudah kita berikan loh kang, kemaren bersih bersih halaman, minggu lalu nguras kamar mandi, minggu sebelumnya bersihin selokan. Bahkan orang tuanya udah kita panggil kemaren, 2 kali. Teruz mau kita takzir apalagi kang? Tanya kang topa hampir putus asa. Di kandani nganggo tangan wae, usul kang mun setengah emosi. Apa sampean udah lupa kang? Tanyaku .Sama si sukri yang habis sampean taboki tempo hari.. yang orang tuanya datang marah-marah nggak terima anaknya di taboki? Jaman kita dulu dengan sekarang sudah beda kang. Kang mun diam saja. Dulu,,, ketika kita di marahi guru, orangtua akan ikut marahin kita,, tapi sekarang beda kang., lanjutku. 

Tapi dia sudah keterlaluan,,, bantah kang mun sambil menyulut rokok. Memang  masalah ini seperti tak ada jalan keluar, di keras salah di biarin malah salah, di hadapi scara biasa kelakuanya luarbiasa,, piker ku, tapi Aku diam saja. Mungkin kang munib bilang begitu karna tertekan, lek mif bentar lagi lanjutin s2 di semarang, bose sama ruf nikah bulan depan. masalah seperti datang terus tiap hari sedangkan jumlah kita semakin sedikit saja. Mungkin kang mun dan yang lain punya keinginan yang sama denganku, ingin pergi tapi sama- sama belum punya alesan yang tepat untuk itu, pikirku dalam hati.

Apa cara mendidik kita yang salah ya kang? suara kang topa membangunkan ku dari lamunan. Bisa jadi jawabku. Mbuh kang bingung aku sahut lek mif, dialog malam itu tidak berlanjut karna sudah jam patroli malam. Tinggal  sendiri dikamar yang akhirnya aku teringat pada mila kekasihku, gadis cantik dan santun. Malam itu aku berfikir akan melamarnya, agar aku dapat alasan keluar dari pesantren yang memusingkan.

Tanpa berfikir panjang 2 minggu kemudian aku pulang, berniat matur kepada bapak tentang keinginanku untuk melamar mila kekasihku. Tetapi sebelum matur bapak sore itu, aku sengaja membelikan ayah rokok surya 12 kesukaanya, dengan harapan siapa tau beliau langsung menyetujui niat ku.
Sore itu aku mendekati bapak yang sedang duduk di ruang tamu sambil menyodorkan rokok. Pak… aku membuka perbincangan. Apa,, jawabnya pendek. Aku pengen nikah wae pak… sketika bapak memnatapku heran, kamu kenapa lee,, kug tiba-tiba minta nikah.. ada masalah apa nuw? Tanya bapak yang memang sudah tau watakku. ‘’Nggak ada pak,’’,, nikah itu gampang le,, kata bapak yang terus diam sebentar, tapi sakral,,, lanjutnya sambil menyulut rokok, bapak tidak melarang, tapi nikah itu harus dengan niat yang benar biar berkah. Aku uwis ra krasan nyantri pak,,, jawabku melas. la kenapa? Bapak menoleh lagi. Dan Akhirnya aku menceritakan semua permasalahan kepada bapak.

Begini le, kata bapak setelah dari tadi hanya mendengarkan saja. Apa setelah kamu nikah terus kamu bisa bebas dari masalah? Tanya bapak tapi aku diam saja. Selama manusia hidup akan selalu menghidupkan masalah, hanya saja bentuknya berbeda, itu rumus lee.. kamu santri harus berfikir layaknya santri, apa kamu ingat peristiwa perang uhud ? ketika kaum muslimin kalah perang dengan orang kafir,, mereka mengeluh kesakitan, kepayahan, manusiawi.. tapi allah ta’ala menegur dengan ayat ;wala tahinuu fibtighooil qoumi intakuunuu ta’lamuuna fainnahum ya’lamuuna kamaa ta’lamuun, watarjuuna minallahi maa laa yarjuun, wakanallahu ‘aliiman hakiimaa. He wong mukmin kabeh kowe ojo podo cilik ati ngadepi wong- wong kafir, nak kowe keroso loro wong kafir yo keroso loro koyok seng mok rasakno, tapi kowe duwe kelebihan seng wong kafir ora dwe, yaiku watarjuuna minallahi maa laa yarjuun arep- arep ridlone pengeran seng ora di dweni wong kafir. Kalau kamu merasa berat atau kesulitan menghadapi kawan-kawanmu yang melanggar peraturan pesantren, yang nakal juga kesulitan, bagaimana caranya untuk bisa keluar dengan aman, rela kedinginan malem-malem, rela kurang tidur karna nunggu waktu sepi untuk pulang aman padahal mungkin kamu sudah tidur enak tak memikirkanya, kalau dia ketahuan masih di takzir. Kalau soal kesulitan semua kesulitan bahkan dia lebih. tapi kamu punya kelebihan yang tak ia miliki,, yaitu ridlo allah ta’ala. Kita harus kuat- kuatan, lee… bapak menatapku lagi dan aku tertunduk malu karna merasa tersindir…


Oleh : M Wijaya

kang emjie

Author & Editor

Guru Sejarah dan Pegiat Penulis di MA Binnur Sulang.

0 comments:

Posting Komentar